Jumat, 04 Juli 2014

Resensi Amore : By Your Side

By Your Side
(Amore)




Judul : By Your Side
Penulis : Bulan Nosarios
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 9786020304519
Harga : Rp. 60.000,-

Sinopsis


Mereka menjalani hidup dengan cara yang berbeda. Tapi memandang satu sama lain dengan cara yang sama.
Kania selalu merencanakan segalanya. Ia meletakkan logika di atas perasaan. Ia mengubur dalam-dalam sebuah rasa tanpa nama yang diam-diam mengusiknya. Rasa asing yang membuatnya tersenyum ketika menatap sahabatnya.

Erga menjalani harinya satu per satu, tak pernah bercita-cita besar, dan cukup bahagia ketika orang yang bersamanya tertawa, Kania.

Lalu, ketika bersahabat rasanya terasa tidak lagi cukup, mereka menghadapi ketakutan masing-masing. Kania percaya pada Erga, tapi ia tidak percaya pada waktu. Waktu bisa mengubah banyak hal, termasuk perasaan mereka. Erga tak peduli berapa waktu yang ia perlukan untuk menunggu Kania membuka hati. Tapi bagaimana kalau ternyata Kania benar, bahwa cinta mereka hanya karena kebersamaan yang tenang.

Kalau Erga melihat dunia dan menemukan pilihan-pilihan lain, masihkah ia akan menoleh pada Kania?

Celotehku

Sebut saja saya penyuka drama. Saya menyukai lika-liku drama terlebih cerita romance. Andai saja sinetron itu memiliki drama yg apik mungkin saya akan terus - menerus menontonnya. Bukan drama sinetron yg matanya hampir copot atau saya mengerang frustasi karena cerita yg tak berlogika.

Di novel ini, kisa yang di ceritakan memang klise yaitu drama persahabatan yang mempertanyakan tentang rasa cinta itu diperlihatkan. Kalau dikehidupan nyata saya lebih memilih langsung menghindar atau memberikan langsung pernyataan bahwa saya suka kamu tetapi saya butuh keyakinan apakah rasa suka itu tidak hilang bersama dengan waktu.
Dan untungnya Kania bukan saya. Saya bisa gila kalau menjadi kania. Terlalu memaksakan diri atau keras untuk menjadi terbaik bagi diri sendiri.

Ketika saya membaca di pertengahan halaman ada pertanyaan yg mengelitik saya. "Ini Kania punya masa lalu yg berhubungan dengan cinta atau apa, hingga membuat dia mempertanyakan tentang cinta yg hilang bersamaan dengan waktu?"

Akhirnya saya mengerti "isi" pikiran Kania. Saya tidak menyalahinya hanya gemas mengetahui isi pikirannya.

Erga di satu sisi membuat saya geram. Dia tidak jelas mau apa. Hanya tahu akhir tujuannya tanpa tegas memberitahu rasa yg dia rasakan.

Erga membiarkan harapan kecil untuk Nina padahal Erga mengetahui bahwa akhirnya tujuannya hanya Kania. Kadang kala pria memang tidak tegas dalam memperjelas suatu hubungan. Padahal ketidak jelasaan itu akan berdampak besar nantinya.

Ketika novel ini selesai. Lagi-lagi ada yang menyentil saya. Di cerita ini mengeksporasi sudut Kania tetapi saya ingin melihat Erga ketika bekerja. Tentang cita rasa kopi, racikan-racikan espresso.

Lalu yang menjadi pertanyaan saya. Kok nggak tahu malu Nina ini. Sudah tahu janda mengharapkan pria yang belum menikah terlebih dari awal Erga sudah memberitahu bahwa dihidupnya hanya ada Kania.

Itu yang saya pikirkan.

Untuk dari segi gaya cerita tidak menjadi masalah bagi saya. Pas dan tidak berlebihan. Malahan, saya merasakan kekelaman Kania. Berarti penulis berhasil membawa saya untuk merasakan kekelaman Kania.

Saya juga setuju ketika Erga harus pergi untuk merasakan apakah rasa yang mereka miliki itu nyata atau semu. Bahkan kadang kala kita harus membuat jarak untuk mengetahui apa yang akan kita ingin dan rasakan. Kalau pun ternyata tidak sesuai dengan apa yg kita harapankan anggap saja bahwa memang bukan jodoh dan cerita itu menjadi pembelajaran untuk kisah yang akan datang. Sebagai warna atas cerita kehidupan kita.

Dari segi penokohan. Saya suka Oma Linda. Semangatnya, keceriaannya membuat orang-orang disekitarnya selalu mendapatkan tempat hangat untuk singgah dan menyayangi beliau.

Nah, saya jadi tergelitik lagi. Saya mempertanyakan maksud Erga kesal ketika Kania lebih memilih Evan ketimbang dirinya. Tetapi dihalaman keberapa gitu, saya merasakan kalau Erga sudah tahu lama kalau Evan menyukai adik Kania yaitu Vidya.

Saya hanya menginginkan lebih dari cerita ini terlebih ketika Erga pergi. Saya ingin merasakan pergolakan batin Kania ketika di masa-masa Erga pergi. Dan emosi Erga ketika dia berjauhan dengan Kania.

Ketika saya membaca bab akhir-akhirnya kok merasa cepat. Tidak ada yang menyetil dan alasan kenapa mereka berdua saling menunggu ketika fase Erga pergi. Kalau Erga sih saya tahu alasannya terus menunggu Kania sampai dia pergi pun pasti dia akan pulang ke tempat Kania. Hanya saja saya menginginkan alasan Kania menunggu Erga kembali.
Itu saja yang saya harapkan.

Cukup sekian saya menyampaikan apa yang saya rasakan di novel ini. Dan ini rekor bagi saya setelah membaca langsung menulis komentar dengan cepat. Padahal hari ini novel ini sampai di tangan saya.

Terima kasih.
Delisa ;) 




Resensi Amore : Sugar

Sang Pelindung


Judul : Sugar 
Penulis : Mi Rae
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 9786020304502
Harga : Rp. 52.000,-

Sinopsis

Friska bekerja sebagai direktur di perusahaan ayahnya, grup raksasa pemegang perusahaan makanan kaleng di Indonesia. Dia mengurus CSR (Corporate Social Responsbility) bidang kesenian; sebagai bentuk apresiasi perusahaan kepada masyarakat. Bertubuh mungil, Friska dikenal ramah dan aktif, sayangnya dia menderita diabetes sejak kecil.
Suatu hari, ketika mengadakan pameran lukisan, Friska pingsan ketika berdesak-desakan keluar dari gedung yang diancam bom. Dia ditolong oleh Bara, polisi gagah dari satuan K-9. Ternyata ancaman bom itu menjadi awal ancaman yang dialami Friska. Sejak saat itu kedekatan Friska dengan Bara dan anjingnya, Bubu, terjalin erat. Namun, kedekatan mereka tidak disetujui keluarga Friska, yang menganggap ia lebih pantas mendapat lelaki yang sederajat dengannya.
Friska dijodohkan dengan putra konglomerat meskipun hatinya tertambat pada Bara. Tapi ketika ancaman maut mengintai Friska, Bara kembali hadir dan tanpa ragu menyelamatkan gadis itu.

Celotehku

Di sini saya suka dengan covernya yang lembut berserta bubu.

Saya mengerti betul perasaan orang yang takut pada anjing padahal anjing itu nggak ngapa-ngapain kita.
Contohnya saja saat saya lagi pergi ke suatu mall yang ternyata lagi mengadakan kontes anjing bla.bla.. *lupa* di dekat kaki saya tetiba sudah ada anjing yang mirip serigala. *Jangan tanya saja namanya apa, saya kagak tahu* Kaget dong dan langsung menghindar untung saja nggak pakai teriak.

Nah, si pemilik aning ini bilang kalau anjing itu nggak bakalan mengigit. Tapi tetap saja saya takut. Padahal saya mau ngelus-ngelus anjing. belum pernah :(

Nah, cerita di novel ini ada anjingnya. Namanya Bubu. dari pola tingkahnya Bubu ini lucu dan melindungi banget. Andai saja saya nggak takut saya pun mau memelihara Bubu. *Itu pun kalau diijinin sama Babah*

Baiklah. kita masuk dalam cerita.

Berhubung saya nggak mau spoiler jadi seadanya aja,ya :D

Ceritanya tentang Friska dari keluarga kaya dan memiliki pekerjaan yang mapan. Sudah beberapa hari dia selalu bermimpi tentang seekor anjing. Nah, suatu hari dia bertemu dengan anjing tersebut tetapi Friska ini tidak sadar bahwa anjing itulah yang ada di dalam mimpinya.

Pertemuan kedua ketika Friska itu hampir pingsan karena terinjak-injak oleh orang-orang yang ingin keluar dari ruang karena ada pengumuman soal bom di dalam ruang tersebut. Itu pun dianggap ilusi oleh Friska.

Dan akhirnya perempuan itu mengetahui nama anjing terserbut dan nama sang pemilik seorang polisi. Karena suatu kejadian yang membuat sang pemilik yang bernama Bara akhirnya dekat dengan perempuan itu dan tibulah benih cinta diantara mereka.

Ketika masa kasmaran terjadi datanglah badai berupa keluurga terlebih sang kakak yang tak menyetujui hubungan tersebut. Sang kakak menganggap bahwa derajat keluarga mereka lebih terpandang dan tidak sesuai dengan polisi itu. Terlebih Friska itu akan dijodohkan kepada pria yang lebih terpandang. *Lagi-lagi permainan kasta yang tak kasat mata*

Hubungan mereka bubar. Friska memilih keluarga daripada pria yang dicintai.

Sampai sini saja saya cerita kisah di dalam novel ini,ya. Kalau di lanjutin bisa-bisa spoiler :D

Nah, itu kisah asmaranya. Saya hanya tidak habis fikir ketika ada demostran yang tetiba kalap dan ingin memukul wanita. Bagi saya itu terlalu mengerikan terlebih lagi melakukan tindak kejahatan terhadap seekor binatang.

Lagi-lagi subjektif. Saya tidak suka banyaknya isu bom dan kekerasan di novel ini. Pilu hati saya. *Hiks* *Iya, saya drama*

Bagi saya yang tidak masuk di dalam logika saya yaitu seorang pelukis yang sangat ditentang pemerintah bahkan sampai mengirim bom ketika pameran lukisan si pelukis itu diselenggarakan. Bahkan sampai membuat pelukis itu tidak tinggal di tanah air. Tetapi itu pendapat saya pribadi.

Yang saya suka di sini selain Bubu, adalah penggambaran Friska terhadap karya seni lukis. penggabarannya terasa nyata bahkan saya sendiri bisa membayakan seperti apa lukisan yang sedang ditatap oleh Friska.


2 Bintang dari 5 bintang.

 
Cukup Sekian.
Terima Kasih.
;)